Pengalaman Rakit PC Gaming dengan Linux Debian

pc saya sekarang
PC saya sekarang

Saya pernah punya PS4 dan pengalaman bermain saya kurang optimal. Akhirnya, saya mencoba untuk merakit PC agar bisa bermain game dengan lancar.

Waktu itu, saya merasa yakin dengan spesifikasi komputer yang saya racik setelah belajar dari berbagai sumber. Setelah saya berhasil mewujudkannya dan menggunakannya sehari-hari, saya harap saya bisa memutar waktu kembali 😂

Keadaan PC saya sekarang

Komputer saya, seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas, memiliki spesifikasi sebagai berikut:

BagianKeterangan
RangkaMid tower
CPUIntel Core i7 12700
RAM2 x 16GB DDR4
Penyimpanan512GB SSD
GPUNVIDIA GeForce GTX 1660 Super
Sistem OperasiDebian 13
Layar monitor27 inch 4K 60Hz AMD FreeSync
Meja120 cm x 60 cm x 75 cm

Semua komponen pada PC saya dapatkan dari EnterKomputer dan sebelum membeli, saya juga menggunakan simulasi rakit PC dari EnterKomputer.

Setelah menggunakannya sekitar 2 tahun, berikut adalah pelajaran penting yang saya dapatkan dalam merakit PC gaming.

Posisi menentukan prestasi

Ya, kalimat tersebut tidak hanya berlaku di bangku sekolah. Sebelum Anda mewujudkan PC gaming impian Anda, hal pertama yang harus dipikirkan adalah "di mana saya akan menggunakan PC gaming saya?".

Masalah yang saya hadapi terkait dengan letak meja komputer saya adalah suhu ruangan. Ruangan tempat saya berkegiatan dengan komputer terasa gerah karena tidak terkena AC. Jadi, ketika harus tutup jendela karena sudah malam, saya harus menggunakan kipas angin untuk membantu sirkulasi udara dan suhu agar tetap nyaman berkegiatan dengan komputer di ruangan tersebut.

Mengapa hal itu mengganggu saya? Karena susah untuk berpikir dengan tenang di dalam ruangan yang gerah. Buat bermain saja tidak nyaman, apalagi untuk bekerja.

Suhu ruangan juga mempengaruhi suhu komponen-komponen yang ada di dalam komputer. Jika sering terpapar suhu panas berlebih, itu akan membuat komponen jadi lebih cepat rusak dan mempersingkat waktu mengganti pasta thermal di CPU dan GPU.

Utamakan kenyamanan

Waktu yang dihabiskan di depan komputer bisa berjam-jam dan dengan cara duduk yang tidak ergonomis akan memberikan dampak buruk pada tubuh, seperti:

  • mata cepat lelah
  • carpal syndrome pada pergelangan tangan
  • postur tubuh bungkuk
  • leher kaku

Oleh karena itu, meja dan kursi adalah aset yang penting dalam kenyamanan bekerja.

Tingginya nanggung

Postur kebanyakan orang Indonesia itu tidak setinggi orang dari negara Eropa atau Amerika. Dan kebanyakan meja dan kursi yang dijual menggunakan standar mereka. Akibatnya, kaki kita jadi menggantung dan perlu tambahan pijakan kaki.

Saya sulit menemukan yang tinggi minimumnya sesuai dengan posisi duduk dengan kaki yang menyentuh lantai. Jika duduk dengan kaki yang menyentuh lantai, saya perlu meja dengan tinggi sekitar 60cm sedangkan kebanyakan tinggi meja yang dijual tingginya sekitar 75cm.

Jadi, agar posisi tangan saya jadi ergonomis, tinggi kursi harus diatur maksimal sehingga saya harus pakai pijakan kaki agar posisi kaki tidak menggantung 😩.

Kenapa saya tidak suka pijakan kaki? Karena mempersulit untuk membersihkan bagian kolong meja dan saya tidak suka punya terlalu banyak barang.

Dari pengalaman tersebut, sebelum membeli meja dan kursi, saya sarankan Anda untuk mencobanya terlebih dahulu dan memastikan ukuran tinggi meja dan kursi yang sesuai untuk Anda agar mendapat posisi duduk yang nyaman.

Perangkat ergonomis

Papan ketik dengan tata letak Alice atau yang terpisah memberikan kenyamanan maksimal karena bentuknya yang menyesuaikan posisi alami tangan ketika mengetik dan menggenggam tetikus.

Beli papan ketik jenis mekanikal dan ucapkan terima kasih nanti 😉

Kebanyakan tetikus yang dijual sudah banyak yang dirancang secara ergonomis. Saya pribadi lebih suka bekerja di ruangan yang cukup hening dan saya harap ada vendor yang memproduksi tetikus berkabel yang hening. Kebanyakan tetikus hening menggunakan teknologi nirkabel.

Saya benci harus ganti baterai secara berkala 😂.

Ukuran itu punya pengaruh

Setelah menemukan tempat yang tepat untuk berkegiatan dengan komputer Anda, selanjutnya Anda perlu mempertimbangkan ukuran dari berbagai benda yang akan ada di meja komputer Anda.

Dari pengalaman saya berkegiatan di depan layar monitor 27 inci dengan resolusi 4K di atas meja ukuran 120cm x 60cm, saya jadi tahu bahwa setiap ukuran monitor itu punya resolusi standar yang pas agar nyaman untuk digunakan.

UkuranResolusi minimal
24 inci1920 x 1080 pixel
27 inci2560 x 1440 pixel

Mengapa layar 27 inci 4K saya terasa tidak nyaman? Karena pada skala perbesaran 100%, ikon dan teks jadi terlalu kecil untuk nyaman dilihat pada jarak ideal (sepanjang tangan). Ketika skala tampilan diperbesar jadi 150% sehingga resolusi yang terlihat di layar adalah 2560 x 1440 pixel barulah terlihat nyaman.

Masalahnya, destop GNOME di sesi X tidak memiliki kemampuan untuk fractional scaling ke 150% 😅. Hal itu bisa dilakukan di sesi Wayland yang mana NVIDIA masih belum mendukung 😂. Pusing, kan?

Bagaimana jika diskalakan ke 200%? Teks dan ikon jadi terlalu besar dan terlihat tidak proporsional dibandingkan luas layar.

Lantas, bagaimana solusinya? Saya sudah menjelaskan solusinya di artikel saya sebelumnya 😉.

Resolusi yang lebih tinggi akan membuat tampilan jadi lebih halus. Jadi, resolusi 2560 x 1440 di layar 4K jadi terlihat 1,5 kali lebih halus.

Gimana kalau pakai bracket?

Ya, menggunakan bracket adalah salah satu cara untuk mengatur jarak pandang mata ke monitor pada ukuran meja yang terbatas.

Mengapa saya tidak pakai bracket? Karena monitor 27 inci saya miring akibat beban berlebih. Walaupun saya sudah memastikan kemampuan bracket sebelum membeli dan miringnya tidak signifikan, secara tidak sadar kepala kita akan miring untuk mengikuti kemiringan monitor. Ini akan berdampak pada kesehatan di jangka panjang.

Layar datar atau lengkung?

Jika Anda berniat membeli layar 27 inci ke atas, sebaiknya Anda beli yang layar lengkung.

Mengapa begitu? Layar lengkung dirancang agar Anda memiliki jarak pandang yang sama ketika melihat layar dari ujung ke ujung.

Tower PC atau mini PC?

Sekarang, komputer yang ringkas sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar bahkan bermain game ringan. Berdasarkan pengalaman menggunakan rangka jenis mid tower dengan monitor 27 inci di meja ukuran 120cm x 60cm, saya merasa meja saya cukup padat.

Salah satu keuntungan merakit PC adalah kita bisa memulai dari yang paling dasar, kemudian meningkatkan sesuai kebutuhan kita. Jika saya bisa mengulang waktu kembali, saya akan mulai dari meracik dari ukuran rangka terlebih dahulu.

Tentu saja tetap dengan mempertimbangkan kebutuhan saya. Tidak mungkin saya memaksa mini PC untuk bermain game yang membutuhkan kartu grafis kelas tinggi atau menyunting multimedia di resolusi tinggi.

UkuranTujuan
Small Form FactorBekerja dengan dokumen, bermain game ringan, atau sunting multimedia ringan
Mini towerSama seperti di atas dengan kebutuhan yang lebih profesional
Mid towerPengembangan aplikasi, bermain game dengan resolusi standar yang nyaman (1080p, 60FPS, pengaturan medium-high), sunting multimedia profesional skala kecil atau freelance
Full towerBermain game berat dengan resolusi tinggi yang nyaman (2K ke atas, 120 FPS ke atas, dengan pengaturan high), sunting multimedia profesional serius

Ukuran rangka akan mempengaruhi komponen-komponen yang bisa dipasang pada PC. Contohnya, semakin besar ukuran rangka, semakin besar pula kartu grafis yang dapat kita pasang sehingga dapat memenuhi kebutuhan bermain game berat atau sunting multimedia profesional.

Mini PC buat gaming?

Ya, saya sering lihat orang-orang menggunakan mini PC dengan rangka Small Form Factor untuk bermaing game di sosial media. Saya juga tertarik untuk memilikinya karena bentuknya yang ringkas dan saya tidak tertarik untuk bermain game berat.

Namun, ada hal-hal yang mengganjal di benak saya:

  • Apakah suara kipasnya akan mengganggu?
  • Apakah suhu komputer akan aman di ruangan tanpa AC?

Rangka kecil pasti tidak bisa menggunakan banyak kipas untuk membuang panas. Kalau tidak berada di ruangan ber-AC, saya kira akan menjadi cepat panas dan berpotensi mempercepat kerusakan komponen.

Hal-hal tersebut mungkin tidak menjadi masalah untuk beberapa orang dan berdasarkan pengalaman saya, ketika bermain game di pengaturan high, kipas-kipas di komputer akan berputar lebih kencang dan suaranya mungkin bisa mengganggu.

Sebenarnya, saya lebih takut meledak, sih 😅

Racikan pas, main jadi puas

Untuk dapat memilih komponen yang pas, kita harus benar-benar memperhatikan hal berikut:

  • Kebutuhan
    • Mau bikin aplikasi web atau mobile?
    • Perlu edit multimedia yang serius?
    • Main game genre apa? Petualangan atau kompetisi?
  • Sistem operasi
  • Dana

Komponen-komponen yang akan kita pilih sangat bergantung dan saling berkaitan pada ketiga hal tersebut.

Komponen yang saling berhubungan

GPU saya masih kesulitan untuk bermain game Monster Hunter: World pada pengaturan grafis rata kanan. Kipas berputar lebih kencang, suhu CPU dan komponen lainnya juga ikut lebih tinggi. Terlebih, ruangan saya tidak ber-AC.

Jika FPS lebih besar dari refresh rate monitor, GPU akan bekerja lebih keras. Ibaratnya menggambar lebih banyak frame yang tidak terlihat di layar. Selain jadi boros tenaga, jadi lebih boros listrik juga.

Setelah saya menyalakan VSync agar FPS menyesuaikan dengan refresh rate monitor, GPU jadi lebih stabil. Kipas tidak bekerja seberat sebelumnya dan suhu jadi lebih dingin.

Saya pernah coba main di sesi Wayland dan sepertinya FPS dibatasi oleh sistem secara otomatis menjadi maksimal 60 FPS tanpa menyalakan VSync di pengaturan game.

Ternyata, kalau pengaturan resolusi di game tidak sama dengan resolusi di layar, tampilan jadi lebih kabur. Saya coba membandingkan main Torchlight II di resolusi 4K dan di resolusi 1080. Di resolusi 1080, tampilan jadi blur, jaggy terlihat jelas, dan pengalaman bermain cukup terdampak.

Dari sini saya menyimpulkan, kemampuan GPU itu harus bisa mengimbangi resolusi monitor. Jadi, monitor 24 inci 1080p akan lebih pas digunakan bersama GPU NVIDIA 1660 Super saya.

Saya rasa 1080p akan masih jadi standar untuk beberapa tahun ke depan mengingat harga VGA yang mumpuni untuk 4K gaming masih sangat mahal. Refresh rate 120 Hz bahkan 60 Hz masih cukup nyaman untuk game petualangan.

Ternyata tidak perlu sebanyak itu

Ternyata RAM 32 GB masih terlalu banyak untuk skenario penggunaan saya 😅. Penggunaan RAM ketika idle berada di sekitar 1,8-2GB sehingga RAM 16GB pun sebenarnya sudah lebih dari cukup.

Ketika kita bermain game, RAM yang digunakan adalah VRAM pada VGA. Jadi, kalau VRAM di VGA 4GB, itulah yang digunakan oleh game untuk bekerja. Saya belum tahu apakah VRAM akan mengambil RAM jika penggunaan melebihi kapasitas VRAM karena saya tidak berani memaksakan pengaturan game untuk melebihi kemampuan VGA.

Pada game Monster Hunter: World, untuk dapat main di pengaturan highest sepertinya butuh VRAM minimal 8GB. VGA saya kapasitasnya 6GB dan tidak mampu untuk mencapai itu. Lagipula, ketika bermain itu, kipas di VGA berputar kencang dan saya masih takut tagihan listrik jebol 😂.

Kepala boleh panas, PC harus tetap dingin

Suhu yang stabil dan sirkulasi udara yang optimal akan membuat kinerja komputer tetap terjaga dan lebih awet. Pada kasus saya, alih-alih menggunakan mesh, saya memilih kaca bening pada rangka PC bagian depan.

Mengapa ini keputusan yang buruk untuk saya? Ruangan bekerja saya mengalami masalah sirkulasi udara dan suhu. Dengan memilih jenis kaca untuk bagian depan, saya memperkecil jumlah udara masuk yang dialirkan ke PC. Pada ruangan ber-AC, mungkin hal ini tidak menjadi masalah.

Bermain game di Debian

Pengalaman bermain game di Debian terbilang cukup lancar. Saya bisa bermain Monster Hunter: World, Torchlight II, Kingdom of Amalur: Re-Reckoning dengan lancar melalui Steam.

Jika Anda menggunakan Linux untuk bermain game, sebaiknya Anda perhatikan hal-hal berikut:

  • Penggerak kartu grafis dari Intel dan AMD siap untuk digunakan secara bawaan.
  • Penggerak kartu grafis versi paten dari NVIDIA tidak terpasang secara bawaan sehingga harus kita pasang sendiri.
  • Penggerak kartu grafis terbaru biasanya baru tersedia pada kernel versi terbaru yang masih dalam tahap pengembangan, bukan yang versi stabil. Jadi, kartu grafis terbaru belum tentu bisa berjalan di Linux.

PC ideal saya

Sebagai penutup dari artikel ini, jika saya punya kesempatan untuk merakit PC, inilah spesifikasi PC yang akan saya buat.

BagianKeterangan
RangkaSmall Form Factor atau Mid tower
CPUAMD Ryzen 7 series
RAM2 x 8GB DDR5
Penyimpanan512GB SSD
GPUAMD Radeon RX series
Sistem OperasiDebian
Layar monitor24 inch 1080p 120Hz dengan AMD FreeSync
Meja140 cm x 70 cm x 60 cm

Mengapa saya memilih AMD daripada Intel atau NVIDIA? Beberapa pertimbangan saya memilih AMD dibanding Intel adalah:

  • perbandingan harga dan performa yang lebih bagus
  • terbukti lebih unggul untuk gaming
  • dukungan penggerak sumber terbuka yang lebih baik

Selain itu, sebelum membeli, belajarlah terlebih dulu dari video-video di YouTube, Instagram, atau TikTok. Tidak perlu malu untuk membeli PC yang sudah jadi untuk mempermudah penggunaan dan pembelajaran dalam merakit PC. Setidaknya Anda memiliki PC yang siap digunakan sebelum mulai mengopreknya.

Berikut adalah beberapa akun yang saya ikuti untuk belajar merakit PC.

Apa pengalaman rakit PC gaming yang berkesan buat kalian? Bagikan ceritanya di kolom komentar

LinkedIn - Instagram

Assalaamu 'alaikum 👋

Saya Findra. Selamat datang di blog saya. Di sini, saya berbagi panduan seputar Debian, pengembangan aplikasi web, serta berbagi catatan pribadi.

Saya berharap blog ini bisa jadi sumber daya yang bermanfaat dan menumbuhkan semangat belajar kita bersama, terutama dalam ekosistem Linux dan teknologi web.

Semoga bermanfaat!